Halaman

Rabu, 20 November 2013

cerpen


KAKAK
Dingin sekali udara pagi ini. Aku terbangun dari tidurku karena kesilauan cahaya matahari pagi yang masuk kedalam kamarku melalui jendela kamar ini. Kubuka mataku segera ku berdiri jendela, kulihat di luar banyak yang berkicau sejak tadi, kulihat butiran embun masih membasahi rumput dihalaman rumah nenekku ini. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju sungai yang berada dibelakang rumah, segarnya udara pagi membuatku menjadi bersemangat. Setelah selesai mandi aku kembali kerumah, semua orang sudah sudah bekumpul untuk melaksanakan sarapan pagi ini.
“Lola, kamu sudah sarapan?” kata kakek.
“iya tunggu sebentar kek”
Berlari aku kedalam kamaar untuk menaruh handuk, kulemparkan saja handuk itu ke atas ranjang tidurku, lalu dengan cepat aku keruang makan. Disana ku lihat seorang perempuang yang sedikit lebih tua dari ku, oh aku ingat dia adalah kak Refni, tapi aku merasa seperti sudah lama tidak melihatnya
“ayo Lola cepan dimakan “ kata kek Refni.
Dengan cepat ku santap semua hidangan di meja itu.
“ini kakak buatkan special untuk Lola”
“ya, terima kasih kak, kakak sangat baik”
Setelah selesai makan semua mulai melakukan kegiatan masing-masing, kakek mengajak aku dan kakak untuk berjalan-jalan menikmati udara segar desa ini. Kami berjalan kebukit yang tidak jauh di depan rumah, disana kami bercerita banyak sekali. Aku merasa sangat bahagia, aku memilki kakak dan kakek yang sangat menyayangi ku.
“kakek umur kaker berapa sih keh?” aku bertanya kepada kakek.
“kakek udakh lupa, tapi kakek masih ingat kakek lahir waktu zaman penjajahan belanda”
“wow kakek di jajah pada masa itulah?, gimana rasanya kek?”
“ya hidup kami sensara pada masa itu” jawab kakek.
Sementara itu kakakku hanya tersenyum melihat aku bertanya seperti itu kepada kakek.
“untung saja bukan Lola yang lahir pada masa itu ya kek”
“iya”
Lalu kak Refni pun ikut bicara.”kalau saja kakak ada di dunia ini”
Aku bingung mendengar perkataan kakakku.
“maksut kakak apa?”
“ya kalau kakak ada didunia ini pada masa itu, pasti kita bukan kakak beradik”
Kakekku tertawa mendengarnya.
Lama kami beersenda gurau di bukit itu, sudah banyak yang kuceritakan pada kakak  dan kakek yang rasanya amat kurindukan ini. Aku seperti anak kecil yang amat manja kepada mereka berdua. Sungguh tidak dapat ku ungkapkan rasa kebahagiaan hati ku ini. Tiba-tiba terdengar dari kejauhan suara ayah yang memnggilku, lalu langsung saja dengan cepat aku berlari kearahnya. Ayahku bingung melihat raut wajahku yang sangat bahagia.
“ayo bereskan semua barang-barang, kita kembali ke kota”
Ternyata ayah mengajakku kembali ke kota, aku bingung kenapa secepat ini. Tapi aku hanya mengikuti perintahnya, akupun pergi ketempat tadi dengan maksut ingin berpamitan kepada kakak dan kaek. Aku berlari menuju bukit itu, sudah sesak nafasku tetapi aku tidak menemukan mereka disana. Aku berlari kesana kemari mencari mereka, tetapi tidak kunjung kutemukan hingga akhirnya aku terjatuh kedalam jurang, dan badanku terhempas. Saat kubuka mataku ternyata aku berada dibawah tempat tidur dikamarku, aku baru saja terjatuh dari tempat tidur.
Aku sadar ternyata tadi itu hanyalah mimpi, dan aku ingat kalau sebenarnya kakekku sudah lama meninggal, dia meninggal sejak aku belum mnginjak bangku sekolah dasar, dan kakak Refni didalam mimpiku tadi sesungguhnya tidak pernah ada, dia hanylah kakak hayalanku, sejak dulu aku memeng sangat ingin mempunyai memiliki kakak bernama Refni, aku tidak tau entah mengapa, tetapi itulah impianku.  Dengan penuh rasa kecewa aku bediri dan mencari handuk lalu mandi, karena jam telah menunjukan jam 6 pagi, itu tandanya aku sebentar lagi harus berangkat sekolah.

2 komentar:

tinggalkan komenta anda